Kamis, 23 April 2009

REMUK

Sore ini aku remuk dengan kepergian seorang sahabat yang melanjutkan langkah entah ke mana...

Bertahun-tahun lamanya ia menjadi sumber kekuatanku untuk bertahan. Dengan sabar dan welas asih telinganya selalu menampung keluh-kesahku. Dengan berani dia membela kepentinganku tanpa kuminta. Dengan senyum yang selalu tergambar di wajah, dan sepasang mata riang yang jenaka, dia membuatku merasa tulisanku bermakna--ketika orang-orang lain mencibir dan mencerca.

Tapi apa balasanku kepadanya?

Kutinggalkan HP di locker ketika ia meneleponku malam itu. Internetku mati dan YM-ku seperti lahan tidur ketika ia mungkin sedang ingin mencurahkan beban batinnya. Kemarin seorang teman berkata ia sedang berkemas untuk pergi. Sore ini aku berbincang dengannya, hanya dalam hitungan menit karena ia sedang bergegas. Ia sudah memutuskan untuk pergi dengan langkah ringan, meski belum tau hendak melangakah ke mana. Setelah tubian dera itu, justru hal mulia yang dilakukannya: ia tak ingin seorangpun merasa marah pada yang telah membuatnya tersiksa.

Duh, Gusti Allah, nyuwun ngapura. Tolong bukakan semua pintu untuknya, yang sedang melangkah tanpa rencana. Mudahkanlah semua urusannya. Pertemukanlah ia dengan orang-orang yang membawanya ke tempat yang teduh. Amin.